Menua lalu mati tak ada bedanya dengan membuka mata pertama kali. Aneh, asing. Waktu itu saya menangis, merengek-rengek, bukan sedih karena yang saya lihat kali pertama di dunia seorang makhluk jelek, melainkan saya syak hati. Apalagi ketika dia menyunggingkan senyum tidak ikhlas kepada saya, makhluk bergigi keropos itu bukanlah pemandangan lazim dan menyenangkan. Terus terang saya bingung dan panik. Ketidaktahuanlah yang membikin saya begitu. Kau mungkin sudah pernah dengar, kan? Orang kalau sudah kelewat bingung, cemas, dan panik pasti dia akan menangis. Tadi saya dari mana? Mereka siapa? Mungkinkah saya terjebak di tubuh ini? Pertanyaan itu menggumpal di kepala. Spontan saya menjerit dan bahasa aneh pun meluncur dari mulut saya. Oeeek.
![]() |
| Ilustrasi by Pixabay.com |
Ia melepas peci rajut di kepalanya, "Perempuan lagi?"
"Begitulah," kata wanita itu. Dia jauh lebih masam lagi menatap pria itu. Namun, bola mata saya meleleh melihat mereka. Saya yang tidak mengerti mengharapkan kasih dan iba mereka. Yang saya pikir ialah mengapa mereka tak menyambut hangat keberadaan saya?
Baca selengkapnya tulisan ini dan karya-karya lainnya dari Eki Saputra melalui karyakarsa.com.

Posting Komentar
Posting Komentar