Menangis juga percuma, semua berlalu begitu cepat, terenggut tanpa sempat aku mengucapkan maaf. Bahkan aku belum bisa memikirkan bagaimana hidupku setelah ini. Tanpa ayah, aku hanya sunyi yang tersesat dan sendirian. Di tempat yang tidak kukenali, di tempat semua orang bersikap datar.
Ibu mengirimku ke sini, setelah ia memilih memulai hidup yang baru dan melepaskan masa lalu yang baginya menjemukan. Aku tahu, ia malas mengurus anak yang
sunyi.Alasan itu memang tidak pernah ia sampaikan terang-terangan kepadaku. Akan tetapi, mataku bisa membaca gerakan bibirnya yang
naik-turun mengeluh, aku bisa menebak isi hati manusia tanpa perlu mendengarnya.
Baca selengkapnya tulisan ini dan karya-karya lainnya dari Eki Saputra melalui karyakarsa.com.

Posting Komentar
Posting Komentar