Aku tidak mengenalnya secara dekat, kecuali kami bertemu di area pabrik. Ia berangkat lebih awal daripada kami semua, begitu pun ide-idenya, selalu tak bisa dipastikan. Apa pun kata yang dia utarakan, membuat bulu kudukku kerap tak karuan. O, pedih masa lalu bila aku mengenang seorang insan yang peduli nasib kaumnya melebihi dirinya sendiri. Namun, hari ini, kami bersama-sama harus mengantarnya ke pembaringan terakhir.
"Beristirahatlah dengan damai pahlawan kami, meskipun sudah lama kita tidak bersua," bisikku seraya menaruh kembang di atas pusaranya.
***
Pagi di
bulan Mei 1993, orang-orang yang gemar meringkuk dalam kemul bolong-bolong baru
saja bangkit dari dipan-dipannya. Ayam berkokok mengancam akan mematok rezeki
sang tuan, tapi urung setelah tahu gaji seribu tujuh ratusan sebulan tidak akan
cukup apa-apa.
Baca selengkapnya tulisan ini dan karya-karya lainnya dari Eki Saputra melalui karyakarsa.com.

Posting Komentar
Posting Komentar